Dari Ali (bin Abi Talib) r.a, katanya:
“Pada suatu ketika, Rasulullah SAW mengirim sepasukan tentera (ke medan perang) dan melantik seorang lelaki menjadi komandan mereka. Satibanya di suatu tempat, komandan tersebut menyalakan api (unggun) dan memerintahkan anak buahnya melompat ke dalam unggun api tersebut. Sebahagian anak buahnya telah bersedia untuk melompat ke dalam unggun api tersebut tetapi yang lain berkata:”Kita harus lari dari api itu.” Peristiwa itu mereka laporkan kepada Rasulullah SAW. Maka beliau bersabda:”Seandainya kamu melompat ke dalam api itu kamu akan sentiasa berada di dalamnya hingga hari kiamat nanti.” Kemudian baginda bersabda pula kepada yang lain dengan lemah lembut:”Tidak wajib taat kepada perintah untuk menderhakai Allah. Taat itu hanya wajib dalam rangka menegakkan kebajikan.”
(Muslim)
Huraian :
- Kepatuhan dan ketaatan kepada manusia dan peraturan ada batasnya.
- Manakala kepatuhan dan ketaatan kepada Allah adalah telus kepada-Nya dan seharusnya tidak ada hijab yang menghalangnya.
- Faham tentang batas dosa dan pahala, tahu tentang batas halal dan haram, mengerti tentang situasi fasad dan mungkar, maklum tentang wajib dan harus akan memberikan kita gambaran sejauh manakah sesuatu perintah seseorang ketua itu wajib ditaati.
- Sekadar pertimbangan akal semata tidak ada jaminan yang sesuatu perintah itu wajib dipatuhi. Sekadar ukuran logik dan rasional juga tidak memadai. Sekadar berpandukan orang ramai yang juga melakukannya juga belum ada jaminan ia selari dengan syarak.
- Justeru hanya sifat manusia yang memiliki jiwa hamba yang tinggi yang akan patuh dan taat kepada perintah Allah. Keimanan manusia kepada Allah menyebabkan manusia ada benteng.
- Ketakutan manusia sesama manusia boleh dielakkan dan boleh dicari jalan keluar. Benteng syarak inilah yang memandu manusia memilih jalan yang baik dan jalan yang sebaliknya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan